Part 1 : Zaman Kecilku

BIARKAH HUJAN ITU MENANGIS
HIDUP ?
adakah ianya bererti bagi seseorang (!)

Memiliki  kehidupan yang bahagia , sempurna dan lengkap adalah angan-angan
dan mimpi bagi semua orang . Tapi jika segalanya telah ditentukan oleh Allah,
kita sebagai umat hanya mampu menerima , bersyukur dan menjalani walaupun kebanyakkannya ada yang tidak redha dan beranggapan dunia ini tidak adil .

Begitu juga halnya kepada Miler . Seorang lelaki yang dilahirkan oleh sebuah keluarga yang sederhana . Miler dibesarkan dengan kasih sayang yang cukup oleh ibu bapanya dan keluarga tercinta. Kasih sayang yang diberikan oleh bapanya terhenti ketika  umurnya masih kecil , ketika dia masih belajar untuk mengenal isi dunia , ketika mindanya hanya dipenuhi dengan permainan , ketika dirinya masih lagi ngompol apabila tidur .

Pada suatu malam , ketika si Miler asyik menonton televisyen di ruang tamu yang 
gelap-gelita yang hanya diterangi oleh pancaran cahaya dari televisyen terdengar dia akan suara bapanya yang memanggil namanya . Lantas dengan perasaan gembira , Miler melangah laju menuju ke dalam kamar bapanya. Setiba sahaja Miler berada di dalam kamar itu , dia terlihat sosok seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di kerusi malas yang terletak di tepi tingkap . Sosok lelaki itu adalah bapanya yang tercinta . Miler menuju ke tepi tingkap untuk bertemu dengan bapanya . Setiba sahaja didepan bapanya , dia terdengar akan sesuatu yang mana suara itu rupanya datang dari tangisan bapanya. 

Dengan keadaan yang kecil , yang masih tidak tahu apa , Miler bertanya kepada bapanya , 

"ayah , kenapa ayah menangis ? ayah sakit ke , kalau sakit adik panggilkan mama " 

kata Miler kepada bapanya , lantas bapanya menjawab 

" tidak anakku , ayah tak sakit pun ".

Kata-kata itu membuatkan Miler kebingungan dan bertanya lagi 

" ayah tipu , kalau ayah tak sakit kenapa ayah menangis "  

dengan keadaan yang serba salah bapanya terus menggapai sehelai tuala lalu mengelap titisan airmata disekitar matanya dan berkata 

" maafkan ayah , anakku " 

Miler yang masih tidak faham akan situasi itu hanya mendiamkan diri , 

"ayah tak dapat nak bersama-sama lagi , ayah tak dapat lagi bergurau senda dengan kamu seperti dulu , ayah harus tinggalkan kamu bersama mama kamu , maafkan ayah , maafkan ayah , maafkan ayah " 

lantas mencium dan memeluk Miler dengan begitu erat sambil airmatanya sentiasa mengalir dan menitiskan.

Miler makin hairan . Miler melangkah keluar tanpa sebarang ekspresi . Miler menganggap itu hanyalah hal yang biasa .

Setelah dua minggu berlalu , Miler tidak lagi melihat sosok bapanya dirumah .

Miler berlari dan menghampiri ibunya dan bertanya 

" mama , kenapa ayah dah lama tak balik , ayah kerja ke ? adik rindu dengan ayah "

dengan perasaan bersalah mamanya menjawab 

" ayah balik hujung bulan , ayah sibuk sangat kerja nak cari duit untuk adik , nak belikan adik mainan baru " 

dalam keadaan sedih terlihat airmata mama berlinangan, lalu si Miler menjawab , 

" yeah3 , dapat mainan baru "

mamanya tidak lagi berani mengatakan yang sebenarnya kepada Miler , kerana takut masa kecilnya dipenuhi dengan kesedihan .

Setelah lama-kelamaan Miler semakin membesar dan umurnya pun semakin meningkat . Miler masih lagi  . . . . . . . . .
* bersambung (!)






No comments:

Post a Comment